Trenggalek adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
Pusat pemerintahan berada di Trenggalek kota. Kabupaten ini menempati
wilayah seluas 1.205,22 km² yang dihuni oleh ±700.000 jiwa. Letaknya di
pesisir pantai selatan dan mempunyai batas wilayah sebelah utara dengan
Kabupaten Ponorogo; Sebelah timur dengan Kabupaten Tulungagung; Sebelah
selatan dengan pantai selatan; dan Sebelah barat dengan Kabupaten
Pacitan. Abadikan Moment Tak Terlupakan 30 Daftar Tempat Wisata Terindah di Trenggalek
Budaya dan Pariwisata
Trenggalek mempunyai banyak tempat peristirahatan dan tempat wisata yang
mempunyai keindahan yang masih asli belum terubah oleh keadaan zaman,
misalnya goa, pantai, dan pegunungan yang asri.
Gua Lawa. Merupakan salah satu gua terbesar dan terpanjang di Asia Tenggara.
Pantai Prigi. Pusat pariwisata dan perekonomian warga Kecamatan
Watulimo. Terdapat tempat pelelangan ikan dan merupakan Pelabuhan
Nusantara.
Pantai Pasir Putih. Kurang lebih 2 km dari Pantai Prigi. Terkenal karena pasirnya yang putih bersih.
Pantai Pelang. Pantai yang terletak di Kecamatan Panggul ini mempunyai
keindahan yang luar biasa. Memiliki air terjun dan pulau kecil-kecil
yang indah.
Larung Sembonyo. Upacara adat pesisir yang selalu menarik perhatian
wisatawan asing maupun domestik. Diadakan setahun sekali di Pantai
Prigi.
Pantai Blado. Terletak di Kecamatan Munjungan, merupakan tempat wisata
alami yang berada di arah Selatan dari Kota Trenggalek, Yang terkenal
dengan pusatnya tanaman Cengkih dan Durian.
Upacara Dam Bagong. Diadakan setiap tahun sekali dengan mempersembahkan kepala kerbau untuk di larung di Kali Bagong.
Candi Brongkah. Merupakan candi yang berisi sejarah asal usul Trenggalek.
Alun-alun Kota. Sarana rekreasi keluarga yang selalu ramai dikunjungi
warga Trenggalek, terutama pada malam minggu, serta pada hari hari
menjelang proklamasi kemerdekaan RI dimana di alun alun kota trenggalek
diadakan bazaar dan taman hiburan rakyat yang dapat menghibur anak anak
maupun orang dewasa
Tari Turangga Yaksa. Merupakan tarian khas Kabupaten Trenggalek.
Sejarah
Salah satu tokoh terkenal di Trenggalek adalah Dyan Arya Menak Sopal
lebih dikenal dengan nama Menak Sopal, salah seorang bupati atau
penguasa Trenggalek. keterangan resmi mengenai Menak Sopal belum banyak
ditulis, akan tetapi situs berupa makam dapat dijumpai di dusun Bagong,
kelurahan Ngantru, kecamatan Trenggalek. Menak Sopal dikenal sebagai
pahlawan bagi kaum tani di Trenggalek, usahanya untuk membangun sebuah
dam atau waduk beserta saluran irigasi yang menyertainya berkembang
menjadi sebuah legenda yang mengiringi tradisi sedekah bumi yang sampai
saat ini dilaksanakan oleh kaum tani di kelurahan Ngantru pada bulan
Sela. konon, saat membangun waduk tersebut, Menak Sopal dan pengikutnya
mengalami kesulitan karena selalu saja bangunan yang membendung kali
Bagong itu jebol. setelah bertapa beberapa hari akhirnya, Menak Sopal
mengetahui jika penyebab jebolnya bangunan waduk tersebut karena ulah
siluman bajul putih yang menguasai sungai tersebut. setelah bertemu
dengan siluman bajul putih, akhirnya sang siluman bersedia untuk tidak
mengganggu pekerjaan besar Menak Sopal dengan meminta tumbal seekor
gajah yang berkulit putih pula. singkat cerita dengan sedikit tipu
muslihat, Menak Sopal berhasil menyediakan tumbal Gajah Putih kepada
Bajul Putih. Untuk diketahui pemilik Gajah Putih di daerah Wengker hanya
ada satu orang yaitu seorang janda di daerah Ponorogo.
Prasasti Kamulan.
Dari jaman Kediri hanya ada beberapa hal yang dapat dicatat, utamanya
pada masa ini munculnya prasasti Kamulan yang terletak di Desa Kamulan
Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek.
Bertolak dari prasasti Kamulan dapatlah diajukan suatu masa lahirnya
Perdikan Kamulan. Di dalam prasasti Kamulan dicantumkan tahun
pembuatannya yaitu tahun 1116 caka atau tahun 1194 masehi. Prasasti tadi
dikeluarkan oleh Raja Sarweswara Trikramawataranindita Srngga Lancana
Dikwijayotunggadewa atau biasa dikenal dengan nama Kertajaya. Raja
inilah yang berhasil mengusir musuh musuhnya dari daerah Katang – katang
berkat bantuan rakyat Kamulan.
Berdasarkan atas prasasti inilah ditetapkan “Hari jadi Kabupaten
Trenggalek pada hari” Rabu Kliwon “tanggal 31 bulan Agustus tahun 1194.
Hari dan tanggal tersebut dijadikan hari jadi atau hari lahirnya
Kabupaten Trenggalek .
Menurut bukti administrasi yang ada di Bagian Pemerintahan Kabupaten
Trenggalek, nama-nama Bupati yang pernah menjabat di Kabupaten
Trenggalek adalah:
Jaman Trenggalek Awal
1. Sumotruno (menjabat tahun 1793)
2. Djojonagoro (menjabat tahun …)
3. Mangoen Dirono (menjabat tahun …)
4. Mangoen Negoro I (menjabat tahun 1830)
5. Mangoen Negoro II (menjabat tahun … – 1842)
6. Arjokusumo Adinoto (menjabat tahun 1842 – 1843)
7. Puspo Nagoro (menjabat tahun 1843 – 1845)
8. Sumodiningrat (menjabat tahun 1845 – 1850)
9. Mangoen Diredjo (menjabat tahun 1850 – 1894)
10. Widjojo Koesoemo (menjabat tahun 1894 – 1905)
11. Poerba Nagoro (menjabat tahun 1906 – 1932)
Jaman Trenggalek Manunggal.
Dengan manunggalnya kembali wilayah Pembantu Bupati di Panggul dengan
wilayah Pembantu Bupati di Trenggalek, Karangan dan Kampak, maka pada
jaman itu Trenggalek merupakan daerah Administrasi dalam arti mempunyai
wilayah kekuasaan sendiri dan tidak bergabung dengan daerah Kabupaten
lainnya. Adapun Bupati yang pernah menjabat pada masa itu hingga
sekarang adalah:
1. Noto Soegito (menjabat tahun 1950)
2. R. Latif (menjabat tahun 1950)
3. Muprapto (menjabat tahun 1950 – 1958)
4. Abdul Karim Dipo Sastro (menjabat tahun 1958 – 1960)
5. Soetomo Boedi K. (menjabat tahun 1965)
6. Hardjito (menjabat tahun 1965 – 1967)
7. Muladi (menjabat tahun 1967 – 1968)
8. Soetran (menjabat tahun 1968 – 1974)
9. Much. Poernanto (menjabat tahun 1974 – 1975)
10. Soedarso (menjabat tahun 1975 – 1985)
11. Haroen Al Rasyid (menjabat tahun 1985 – 1990)
12. Drs. H. Slamet (menjabat tahun 1990 – 1995)
13. Drs. H. Ernomo (menjabat tahun 1995 – 2000)
14. Ir. Mulyadi WR (menjabat tahun 2000 – 2005)
15. Soeharto (menjabat tahun 2005 – 2010)
16. Ir. Mulyadi WR (menjabat tahun 2010 – sekarang)
Tumbuh dan berkembangnya Trenggalek jika dikaji secara mendalam memang
berbeda dengan kabupaten lainnya, meskipun sama-sama kawasan mataraman.
Akar kata “Treng lan Galih” yang kemudian karena pengaruh bahasa
ucapannya menjadi “Trenggalek” adalah sangat cocok dengan wujud dan
wataknya bumi Trenggalek. Karena itulah, sebagai doa dan harapan
“Sejarah Trenggalek” selalu diringi dengan slogan “JAYA WIJAYAGUNG
TRENGGALEK JAYATI”. Abadikan Moment Tak Terlupakan 30 Daftar Tempat Wisata Terindah di Trenggalek
CANDI BRONGKAH & SEJARAH
Papan penunjuk Candi Brongkah dapat dijumpai di ruas jalan
Trenggalek-Tulungagung kurang lebih 1 km di barat Pasar Durenan (bila
berbelok keselatan menuju Prigi). Dengan mengikuti arah yang ditunjukkan
sejauh 300 m, kami pun tiba di lokasi candi. Rupanya candi tersebut
berada 3 m dibawah permukaan tanah, sehingga hal pertama yang kami
saksikan hanyalah sebuah papan bertuliskan CANDI BRONGKAH di halaman
salah seorang warga. Baru setelah kami mendekat, tampak sebuah kaki
candi dengan sedikit genangan air disekelilingnya.
Secara administratif Candi Brongkah berada di Dusun Brongkah, Desa
Kedunglurah, Kecamatan Pogalan. Lokasinya berada di kaki Gunung
Rajekwesi dan berdekatan dengan Sungai/ Kali Ngasinan. Sungai Ngasinan
sendiri merupakan jalur perpindahan manusia purba dari Pacitan menuju
Wajak Tulungagung, sehingga tidak mustahil jika pada masa-masa
selanjutnya timbul peradaban disekitar sungai ini.
Candi Brongkah pertama kali ditemukan pada tahun 1994 saat pemilik lahan
bermaksud menggali sumur. Penemuan ini sempat memperoleh perhatian dari
pihak terkait sehingga beberapa arca pentingnya dapat diamankan. Salah
satu arca yang ditemukan diidentifikasi sebagai nandi, sehingga
kemungkinan latar belakang Candi Brongkah adalah agama Hindu. Nandi
adalah lembu jantan kendaraan Dewa Siwa, salah satu dewa dalam agama
Hindu.
Ditilik dari bentuk kaki candinya, kemungkinan Candi Brongkah termasuk
dalam candi-candi langgam Jawa Tengah. Namun kiranya untuk
mengidentifikasi bagaimana sebenarnya sejarah candi ini harus melalui
penelitian yang akurat, tidak cukup dengan pengamatan sepintas seperti
ini. Sejarah Trenggalek sendiri cukup panjang, tercatat sejak era Pu
Sindok daerah ini sudah memperoleh perhatian dari Kerajaan Mataram Kuno,
sejarah tersebut bahkan terus bergulir hingga era Majapahit, sehingga
ada banyak kemungkinan terkait latar sejarah Candi Brongkah
.
VERSI LAIN LEGENDA DAM BAGONG, TRENGGALEK
Pada zaman dahulu Trenggalek terkenal daerah yang tandus dan kering,
sehingga banyak orang makan nasi tiwul / gaplek. Hal itu menjadikan rasa
keprihatinan bagi punggawa pemerintahan Kadipaten Trenggalek khususnya
Adipati Minak Sopal. Karena rasa tanggung jawabnya terhadap rakyatnya,
maka Adipati Minak Sopal punya gagasan untuk membangun Dam agar airnya
bisa mengaliri sawah-sawah yang ada di wilayah Trenggalek yang dulu
terkenal sawah tadah hujan. Dalam mewujudkan gagasan itu Adipati Minak
Sopal membangun Dam di daerah Bagong.
Untuk membangun Dam Bagong tidak mudah karena arus air dari kawasan
utara sangat besar sehingga Dam itu jebol dan rusak. Jebol dan rusaknya
Dam itu ternyata karena ulah dari Penguasa Kawasan Gunung Wilis yang
terkenal sakti bernama Raja Bedander. Konon Raja Bedander bermusuhan
dengan Adipati Minak Sopal karena perebutan wilayah. Untuk itu Raja
Bedander mengancam Trenggalek akan dimusnahkan dengan cara mendatangkan
air yang besar dari sungai sebelah utara Trenggalek. Karena ada ancaman
dari Raja Bedander maka Adipati Minak Sopal berupaya menanggulangi
dengan cara membuat Dam Bagong.
Namun sebelum mengulas tentang Dam Bagong perlu kita menyimak peristiwa
permusuhan Raja Bedander dengan Adipati Minak Sopal. Dulu Raja Bedander
mempunyai wilayah di kawasan lereng Gunung Wilis. Karena ambisinya dia
ingin mengembangkan wilayah ke selatan.
Wilayah selatan adalah wilayah kawasan Adipati Minak Sopal sehingga
terjadi perebutan wilayah. Agar tidak mengorbankan rakyatnya maka
Adipati Minak Sopal mengajak bertanding Raja Bedander adu kesaktian.
Karena tantangan dari Adipati Minak Sopal maka Raja Bedander beserta
prajuritnya berangkat bersama-sama menuju Trenggalek, Karena
perjalanannya dari lereng Gunung Wilis sangat jauh, maka rombongan Raja
Bedander beristirahat di daerah Srabah dengan menancapkan payungnya di
tanah yang akhirnya sampai sekarang bekas istirahatnya Raja Bedander di
Srabah dinamai Watu Payung karena ada batu yang menyerupai payung.
Usai istirahat di Srabah rombongan Raja Bertander meneruskan perjalanan
ke selatan. Di selatan desa Srabah rombongan Raja Bedander istirahat
lagi .Sambil beristirahat rombongan Raja Bedander menghibur diri dengan
diiringi gamelan. Setelah Rasa capeknya sudah hilang rombongan raja
berangkat lagi ke selatan. Namun sebelum berangkat gamelan yang
dijadikan pengiring hiburan tadi ,di sabda oleh Ia Raja Bedander jadi
batu yang sekarang dinamai dengan istilah “ Batu Gong ” atau batu
gamelan, karena di wilayah itu ada batu-batu yang menyerupai alat
gamelan.
Di sekitar Ngares, tepatnya di tengah-tengah hutan Raja Bedander bertemu
dengan Adipati Minak Sopal. Mereka berkelahi adu kesaktian sampai
berhari-hari. Karena kelelahan mereka istirahat, usai istirahat mereka
berdua mengajak bertanding lagi dengan cara adu ayam. Ayam mereka berdua
juga sangat sakti, karena setiap adu cakar terjadi percikan api. Namun
akhirnya ayam Adipati Minak Sopal menghantam dan mencakar ayam Raja
Bedander dengan kerasnya sehingga ayam itu jatuh terduduk. Setelah jatuh
terduduk ada kejadian aneh bahwa ayam Raja Bedander menjadi batu dan
ayam Adipati Minak Sopal menjadi bongkahan besi baja.
Ternyata karena kesaktian dari masing-masing penguasa itu, Raja Bedander
menciptakan ayam jago dari batu dan Adipati Minak Sopal menciptakan
ayam jago dari besi baja. Untuk itu sampai sekarang bekas tempat adu
jago itu dinamai “ Watu Jago ”, karena di situ ada batu menyerupai ayam
jago.
Nah karena merasa belum kalah Raja Bedander mengajak lagi bertanding adu
kesaktian. Namun pada perkelahian kali ini Raja Bedander kena sabetan
keris Adipati Minak Sopal . Akhirnya Raja Bedander lari dan darahnya
tercecer di jalan. Dia istirahat darah tetap mengalir sehingga tanah itu
diberi nama “ Lemah Bang ” yang artinya tanah merah. Raja Bedander
walaupun sudah kalah tetap belum menerima kekalahannya bahkanb akan
mendatangkan banjir bandang dari lereng Gunung Wilis.
Untuk menjaga ancaman dari Raja Bedander ,maka ada syarat yang harus di
lakukan yaitu harus membuat bendungan air. Tempat yang cocok adalah di
daerah Bagong, namun memerlukan tumbal.
Hal ini diperoleh wisik (bisikan) dari orang tua Adipati Minak Sopal
yang ayahnya siluman Raja Buaya dan ibunya bernama Roro Amis. Dari saran
orang tuanya itu bahwa Dam (bendungan) tidak akan jebol apabila diberi
tumbal gajah putih. Padahal gajah putih yang mempunyai hanya Mbok Roro
Krandon dari Ponorogo.
maka suatu hari berangkatlah Adipati Minak Sopal ke Ponorogo mau pinjam
gajah putih. karena cuma meminjam akhirnya Mbok Roro Krando memberikan
gajah putih itu pada Adipati Minak Sopal, dan Adipati juga berjanji akan
mengembalikanny ( mbok roro krandon tidak mengetahui kalau gajah putih
itu di jadikan tumbal ). Gajah Putih itu sebelum dijadikan tumbal
dikandangkan di daerah Gempleng yang sampai sekarang peninggalannya
diberi nama “Watu Kandang”.
Pada suatu hari Gajah Putih dibawa ke Dam Bagong untuk disembelih dan
dibuang dalam Dam (bendungan) itu. Wal hasil memang bendungan itu kuat
dan tidak jebol.
Namun Mbok Roro Krandon menjadi cemas kalau Adipati Minak Sopal tidak
menepati janji, untuk mengembalikan gajah putih miliknya belum juga
dikembalikan, sehingga Mbok Roro Krandon menunggu di Gunung perbatasan
Ponorogo-Trenggalek. Bahkan karena terlalu lama menunggu tongkat Mbok
Roro Krandon dimakan ngengat (rayap), sehingga menjadi lapuk (bubuken).
Wal hasil tidak kunjung datang sehingga bekas tempat menunggu Mbok Roro
Krandon itu dinamakan “ Gunung Sebubuk ”.
Mendengar Gajah Putih miliknya disembelih untuk tumbal bendungan atau
Dam Bagong maka Mbok Roro Krandon iklas demi keamanan dan kesejahteraan
rakyat Trenggalek.Untuk itu sampai sekarang adat menyembelih gajah masih
dilakukan. Karena sekarang Gajah sudah langka, apalagi yang warna puih,
Maka setiap tahunnya diganti dengan kerbau. Dimana proses situ
berlangsung sacral dan meriah.
Pada saat itu di lokasi Dam Bagong diadakan penyembelihan kerbau, kepala
dan kaki dibuang ke bendungan Dam Bagong untuk diperebutkan oleh
orang-orang. Sedangkan dagingnya dimasak untuk menjamu para undangan.
Di malam hari diadakan pagelaran wayang kulit semalam suntuk hingga pagi
harinya dilaksanakan prosesi ruwatan dengan tujuan agar seluruh
masyarakat Trenggalek terhindar dari bencana dan ditingkatkan
kesejahteraannya.
Demikian cerita tentang asal mula Dam Bagong yang berada di Kelurahan Ngantru Kecamatan / Kabupaten Trenggalek. Abadikan Moment Tak Terlupakan 30 Daftar Tempat Wisata Terindah di Trenggalek
Sumber : http://sclm17.blogspot.co.id/2016/03/kabupaten-trenggalek.html